Kimia
Tata Nama Senyawa Sederhana
Baiklah sobat, kali ini kita akan
membahas mengenai Tata Nama Senyawa
Sederhana, terdiri dari Pengertian Tata Nama Senyawa Sederhana, Aturan Tata Nama Senyawa Sederhana (Anorganik dan Organik). Langsung saja kita masuk ke dalam pembahasannya.
Pengertian
Tata Nama Senyawa Sederhana
Tata nama senyawa kimia merupakan suatu aturan
penamaan senyawa-senyawa sederhana yang terdiri dari senyawa anorganik dan
organik. Tujuan penamaan ini ialah untuk memudahkan dalam membedakan senyawa
dengan sifat fisis yang sama. Tata nama senyawa-senyawa ini dilakukan secara
sistematis sesuai dengan prinsip dan ketentuan yang ada. Tata nama senyawa
kimia yang paling terkenal dan banyak dipakai ialah tata nama yang dikembangkan
oleh IUPAC (International Union of Pure
and Applied Chemistry).
Aturan Tata
Nama Senyawa Sederhana
Berdasarkan aturan IUPAC, tata nama senyawa
sederhana dibagi atas dua golongan, meliputi tata nama senyawa anorganik dan
senyawa organik. Berikut ini aturan tata nama kedua senyawa sederhana tersebut.
a. Tata
Nama Senyawa Anorganik
1) Tata
Nama Senyawa Biner
Senyawa biner merupakan senyawa yang terdiri dari
dua jenis unsur, baik unsur logam yang disebut kation dan non logam yang disebut anion ataupun unsur non logan dan non logam.
Tata nama untuk senyawa anorganik yang terdiri dari
unsur
logam dan non logam bergantung pada banyaknya muatan/bilangan oksidasi
yang dimiliki oleh unsur logam tersebut. Berikut prinsip penamaannya:
Jika
unsur logam yang membentuk senyawa biner dengan unsur non logam memiliki
lebih dari satu muatan/bilangan oksidasi, maka rumus penamaannya adalah Kation (unsur logam) + bilangan oksidasi unsur
logam + Anion (unsur non logam) + akhiran –ida
Cara lain untuk tata nama senyawa biner yang
terdiri dari unsur logam yang memiliki bilangan oksidasi lebih dari satu dengan
unsur non logan yaitu sebagai berikut:
- Unsur logam dengan bilangan oksidasi kecil ditulis dengan akhiran –o.
- Unsur logam dengan bilangan oksidasi besar ditulis dengan akhiran –i.
Contoh:
FeCI =
Fero Klorida (Bilangan oksidasi
Fe = +2 => lebih kecil)
FeCI =
Feri Klorida (Bilangan
oksidasi Fe = +3 => lebih besar)
CuCI =
Kupri Klorida (Bilangan oksidasi
Cu = +2 => lebih esar)
Unsur non logam/gugus atom yang bermuatan
positif diletakkan didepan, sedangkan atom yang bermuatan negatif diletakkan
dibelakang sesuai dengan urutan berikut ini:
B– Si – C – Sb – As – P – N – H – Te – Se – S
– I – Br – CI – O – F
Rumus penamaannya:
Unsur non logam (+) + Unsur non logam (-) + akhiran –ida
Contoh:
Hidrogen Bromida =
HBr bukan BrH
Karbon
Monoksida = CO bukan OC
Jika senyawa biner antara non logam dan non
logan yang terbentuk melebihi satu jenis senyawa, maka tata namanya dengan
menyatakan jumlah atom tiap unsur dengan angka indeks dan diakhiri dengan –ida.
Angka indeks ditulis dalam bahasa Yunani, meliputi:
1=
Mono 3 = Tri 5 = Penta 7 = Hepta
2= Di 4 = Tetra 6 = Heksa 8 = Okta
Rumus penamaan senyawa golongan ini, yaitu:
Angka indeks unsur non logam pertama + Unsur non
logam + Angka indeks unsur non logam kedua + Akhiran–ida
Contoh:
Untuk senyawa-senyawa yang sudah umum dikenal ataupun
memiliki nama trivial maka aturan seperti di atas tidak digunakan.
Contoh:
NH
= Amonia
HO =
Air
2. Tata Nama Senyawa Ion
Senyawa ion merupakan senyawa yang terdiri
dari ion positif yang disebut kation dan ion negatif yang disebut anion. Dalam
tata nama senyawa ion, kation selalu disebut terlebih dahulu baru kemudian diikuti
dengan nama anionnya yang disertai dengan akhiran –ida. Bila dalam penamaan
senyawa ini, terdapat unsur logam yang mempunyai lebih dari satu bilangan
oksidasi, maka untuk membedakannya bilangan
oksidasi ini ditulis menggunakan angka Romawi dan diberi tanda kurung.
Berikut ini beberapa contoh nama kation dan
anion.
Rumus penamaan senyawa ion, meliputi:
Nama
kation + Anion + akhiran –ida
Contoh:
3. Tata Nama Senyawa Terner
Senyawa terner sederhana merupakan senyawa
yang terdiri lebih dari dua unsur yang dapat meliputi senyawa asam, basa, dan
garam. Berikut uraian mengenai tata nama masing-masing senyawa pembentuk
senyawa terner.
a. Tata Nama Senyawa Asam
Asam
merupakan senyawa hidrogen yang bila di dalam air memiliki rasa masam. Senyawa
asam merupakan senyawa molekul, bukanlah senyawa ion. Tata nama senyawa asam terdiri
atas atom H (di depan, dianggap sebagai ion H+) dan suatu anion yang disebut
sisa asam. Nama anion sisa asam sama dengan nama asam yang bersangkutan tanpa
nama asam.
Contoh:
H3PO4, Nama asam= Asam Fosfat, Rumus sisa asam= PO4 3- (Fosfat)
HNO3, Nama asam= Asam nitrat, Rumus sisa asam = NO3- (Nitrat)
b. Tata Nama Senyawa Basa
Basa merupakan zat yang bila berada di dalam
air dapat menghasilkan ion. Senyawa basa umumnya terdiri dari kation (unsur
logam) dan suatu anion (OH‾). Dalam tata nama senyawa basa, ada hal-hal yang
perlu diperhatikan, diantaranya:
Jika senyawa basa terbentuk dari kation unsur
logam yang memiliki satu bilangan oksidasi (biloks) seperti alkali, alkali
tanah, dan aluminium maka penamaan ialah dengan rumus berikut ini.
Unsur logam + Hidroksida (OH‾)
Contoh:
NaOH = Natrium Hidroksida
Ba(OH)2 = Barium Hidroksida
Ca(OH)2 = Kalsium Hidroksida
Jika senyawa basa terbentuk dari kation unsur
logam yang memiliki lebih dari satu bilangan oksidasi (biloks), maka penamaannya
ialah dengan rumus berikut ini.
Unsur logam + biloks logam + Hidroksida
Biloks/bilangan oksidasi dari unsur logam yang
terkait ditulis menggunakan angka Romawi dalam tanda kurung.
Baca juga : Pengertian, Sifat dan Teori Asam Basa
Contoh:
Fe(OH)2 = Besi(II) Hidroksida
Fe(OH)2 = besi(III) Hidroksida
CuOH =
tembaga(I) Hidroksida
Sn(OH)3 = timah(III) Hidroksida
Sn(OH)4 = timah(IV) Hidroksida
c. Tata Nama Senyawa Garam
Garam merupakan senyawa yang terbentuk dari
kation basa dan anion sisa asam. Prinsip penamaan senyawa garam harus memenuhi
kaidah berikut ini.
Jika senyawa garam terbentuk dari kation (hanya
memiliki satu bilangan oksidasi) dan anion, maka rumus penamaannya:
Nama
kation + Anion sisa asamnya
Contoh:
NaNO3
= Natrium nitrat
Ca(NO3)2 = Kalsium
nitrat
Jika senyawa garam yang terbentuk dari kation
basa (bilangan oksidasinya lebih dari satu) dan anion sisa asamnya, maka penamaannya dengan menulis nama kation beserta
bilangan oksidasinya (ditulis dalam angka Romawi dalam tanda kurung) yang
kemudian diikuti nama anion sisa asamnya.
Nama kation + biloks kation (dalam
angka Romawi) + Anion sisa asamnya
Contoh:
Sn(SO4)2
= Tembaga (IV)
sulfat
CuS = Tembaga
(II) sulfat
b. Tata
Nama Senyawa Organik
Senyawa organik merupakan
senyawa-senyawa yang terdiri atas gugus atom C, H, dan O yang memiliki
sifat-sifat tertentu. Penamaan senyawa organik lebih kompleks dan tidak hanya
ditentukan dari rumus kimianya saja, melainkan juga ditentukan dari struktur
dan gugus fungsinya. Senyawa organik memiliki tata nama khusus dan biasanya
memiliki nama dagang (trivial).
Berikut ini beberapa senyawa organik dengan nama lazimnya:
- CH4 (Metana)
- CHCI3 (Kloroform)
- C2H6 (Etana)
- CH3COOH (Asam Asetat)
- CO(NH2) 2 (Urea)
- C12H22O11 (Sukrosa)
- C6H12O6 (Glukosa)
- C2H5OH (Etanol)
Contoh diatas merupakan tata nama
senyawa organik yang sederhana, sedangkan tata nama senyawa organik yang lebih
khusus akan kita dijelaskan pada pembahasan terkait tata nama senyawa
hidrokarbon (senyawa organik yang terdiri dari gugus atom hidrogen dan karbon).
Inilah pembahasan kali ini mengenai Tata Nama Senyawa Sederhana, semoga
bisa menambah pengetahuan sobat sekalian J
Post a comment
1 Comments
Artikel Tata nama senyawa organik ini sangat bermanfaat. Terima kasih.
ReplyDelete